Sabtu, 05 Juni 2010

.:: Goresanku, Ramadhan 2 Tahun Lalu... ::.

Ramadhan 2 tahun lalu....
Ku tulis dengan linangan air mata dan doa yang tiada henti dari bibir ini tuk sang bunda tercinta.
Pengganti diri yang tak bisa membersamai di kala ia bersedih... Walauun demikian kutahu ada Allah yang selalu menjaganya labih baik dari penjagaanku terhadapnya.

***

Bismillah...
Hari ini Ku terbangun cukup pagi. Entah kenapa mataku terbuka saat jarum jam menunjukan pukul 02.30 WIB. Aku terdiam sejenak… dan kemudian seperti tersadarkan untuk segera Tahajud. Ya benar, tahajud! Hal itu yang telah ku niatkan sedari malam. Aku tahu,mungkin satiap malam aku melakukannya…tapi setelah mendapat telepon dari umi semalam, sungguh aku ingin segera Tahajud. Aku ingin segera mengutarakan curahan hatiku pada Kekasihku.
Semalam umi menghubungiku. Sebenarnya beliau sudah ingin melekukannya sedari sore, sayangnya saat itu aku sedang menghadiri Talk Show yang diadakan oleh panitia RDK Maskam UGM. Oleh karena itu beliau berjanji untuk kembali meneleponku setelah acara. Saat umi menelapon,aku sedang berada di warnet, sedang berdiskusi dengan teman.
Ponselku bergetar dan saat ku lihat, tercantum tulisan umi di layar… ada apa gerangan umi meneleponku larut malam. Maklum saat itu sudah pukul 22.30 WIB dan perbedaan waktu antara Jogya dan Papua cukup jauh, yakni 2 jam. Ponsel segera kuangkat. Terdengar suara umi mengusap telinga… ada yang berbeda dengan suaranya. Suara yang biasanya keras dan semangat, semalam terdengar lembut dan rapuh. Hati bertanya-tanya,ada apakah gerangan??? Seperti biasa,umi menanyakan agenda yang kulakukan hari ini dan akupun menjawab ala kadarnya karena saat itu aku juga masih sibuk membalas YM dari teman chatku. Pembicaraan berlangsung seperti biasanya, sampai akhirnya beliau mengatakan “Nak, kalau ingin menelepon rumah, lewat nomor mama saja ya…” terbersit di pikiranku, sebab musabab umi mengatakan hal itu. Aku yang semula tidak terlalu ingin tahu, menjadi penasaran. Tanpa menunggu lama, langsung saja kutanyakan mengapa umi berbicara seperti itu. Beliaupun hanya menjawab,” Gak apa-apa kog. Cuma lain kali kalau mau menghubungi orang-orang rumah, langsung ke nomor mama saja”. Aku masih tidak mengerti,umi juga tidak ingin menjelaskan secara rinci. Aku belum puas dengan jawaban umi yang menurutku masih menggantung itu… Aku terus menanyakan pada beliau. Memang tidk to the point,tapi akhirny beliau mengatakannya juga… Ternyata alas an yang cukup membuatku kaget. Dan akupun menjadi menyesal menanyakan hal itu padanya. Ya,Allah kuatkanlah bundaku, doaku dalam hati…
Masalah itu terkuak lagi, yang semula sempat surut ketika menjelang Ramadhan. Mulutku sibuk beristighfar ketika mendengar suara umi yang sayup. Apalagi yang bisa kulakukan selain terus berdzikir dan berdoa untuk bunda… saat ini aku jauh darinya.. tak ada yang bisa kulakukan selain terus menerus mendoakannya..
Tahajudku…
Aku sampaikan seluruh kegundahanku pada Rabbku… luka yang sempat tertutup, kini terbuka kembali. Tak terasa air matapun berlinang…

Ya Rabb, sungguh hanya Engkau yang Maha Mengetahui… Engkau tahu apa yang sedang dirasakan oleh umi hamba di sana sementara hamba tak tahu. Engkau tahu seberapa kuatnya dia di saat datang Ujian dariMu. Engkau juga tahu seberapa besar pengorbanannya untuk terus mempertahankan rumah tangganya. Semoga semua itu dapat Kau hitung pahala baginya di saat datangnya hari Penghisaban.
Ya Rabb, sungguh hanya Engkau Yang Maha Perkasa… Berikanlah kekuatan pada Bunda agar bisa tabah menghadapi berbagai cobaan dariMu. Berikanlah padanya ketabahan dan ketegaran agar tak tumbang saat badai kesulitan datang menghampiri.

Ya Rabb, sungguh hanya Engkau Yang Maha Pengampun… Ampunilah semua kekhilafan Orang Tua hamba. Baik yang disengaja maupun tidak. Jika terdapat banyak luput yang mereka lakukan dalam membesarkan kami, sungguh semata-mata hanya karena mereka manyayangi kami.
Tahajud yang berlangsung tak terlalu lama itu, cukup membuat diri ini tenang. Setelah tahajudpun, langsung ku buka mushaf Al-Quran. Dan itu membuatku semakin tersadar bahwa hanya dengan cara inilah hatiku tentram. Kurasakan kebesaran Allah yang terus menemaniku setiap saat. Dan kurasakan Allahku sangat dekat….dekat sekali. Walau tak dapat kulihat, aku yakin Dia terus menjagaku…


***

Airmataku tak berarti apa-apa jika dibandingkan kesedihanmu.
Tak ingin ku lihat kau menitikan air mata lagi.
Sedih karena kau akan semakin jauh...Belum usai baktiku padamu,sudah mengharuskan diri terpaut jauh darimu...
Tapi doaku selalu dekat...sangat-sangat dekat!
Dan sedekat itulah Allah yang selalu bersamamu,bunda...



>>>nelladewi<<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar